Bukan mimpiku. Itulah jawabanku ketika diminta oleh pimpinan perusahaan tempat saya bekerja untuk mengikuti pendidikan satpam Mei 2023. Penolakan itu bukan hanya sekali tetapi kerap saya lontarkan sebelum-sebelumnya dengan rupa-rupa alasan. Baik itu alasan kuliah yang sedang saya ikuti hingga mimpi untuk menjadi pengusaha yang sudah dan sedang saya rintis. Bahkan saya pernah meminta untuk pindah ke bagian lain jika diwajibkan ikut diksar.
Keengganan untuk mengikuti diksar akhirnya pupus, ketika ada celoteh ringan dari kawan seprofesi yang umurnya jauh dibawahku. Kami berdua adalah satpam yang masuk kerja ke tempat itu hampir bersamaan ketika perusahaan itu baru pertama kali beroperasi.
“Diksar itu tidak menghalangi mimpi-mimpi kita bang. Satpam itu bisa jadi pengusaha juga. Ikut aja bang,” ujar salah satu rekan seprofesi yang sudah mengikuti diksar di PSI pada Februari 2023 lalu.
Celotehan ringan itu tak hanya membuatku sadar tetapi juga memberikan semangat untuk mengikuti diksar. Akan tetapi dibalik kesadaran dan semangat itu, ada bayang-bayang lain yang membuatku ragu untuk pergi ke tempat pelatihan satpam di Palangka Raya. Mulai dari pikiran akan disuruh lari, pushup, guling, merayap, waktu istirahat dibatasi hingga tidak merokok dan tidak memegang handphone selama pelatihan terus menghantuiku. Bahkan bayangan-bayangan itu belum bisa kusingkirkan ketika sudah memasuki area pelatihan pada malam registrasi.
Untuk menghilangkan bayangan-bayangan itu, malam 21 Mei 2023 ketika usai apel malam, saya mencoba menyendiri disudut asrama dan berpikir, “Untuk bisa sukses yang paling pertama bukan karena banyak orang, tetapi hanya butuh satu orang yaitu diri sendiri,”. Refleksi inilah yang akhirnya membuatku kuat melawan kecendrungan-kecendrungan negatif dari dalam diriku selama proses pelatihan berlangsung.
Selain niat dari dalam diri sendiri, satu hal lain yang membuat saya bisa melalui proses pendidikan semi militer angkatan 28 PT Prima Security Indonesia ialah sosok seorang Sutarno dan sepak terjangnya yang pernah menjadi seorang cleaning service. Pria murah senyum itu, motivasinya cukup sederhana, “mampu menguasai diri dan melawan diri sendiri itu kunci sukses,”.
“Harus bisa melawan diri sendiri. Jangan sedikit-sedikit sakit, sedikit-sedikit izin ke toilet. Itu orang yang tidak disiplin. Proses yang kalian lewati saat ini baru awal, masih ada banyak lika-liku di depan yang akan kalian hadapi. Untuk itu siapkan mental kalian,” ujarnya saat apel makan malam.
“Jangan lihat saya sekarang, dulu saya pernah susah dan pernah jadi cleaning service,” tambahnya lagi memotivasi.
Motivasi Sutarno beserta sejumlah pengasuh PT Prima Security Indonesia yang disampaikan setiap saat membuat tekadku semakin kuat dan berhasil menyingkirkan bayang-bayang negatif yang mengahantuiku. Setiap disuruh pushup, guling hingga sikap tobat dan deretan latihan fisik lainnya saya ikuti dengan ikhlas hati dan selalu berpikir positif bahwa semuanya demi diriku sendiri agar menjadi satpam yang bermental kuat serta nilai positif lainnya.
Atas semua nilai-nilai baik yang saya peroleh, secara pribadi dan juga teman-teman seangkatan mengucapkan terima kasih kepada Direktur PT Prima Security Indonesia, Sutarno yang punya panggilan nurani dan sosial dengan mendirikan lemdiklat demi satpam yang berilmu, berintegritas dan bertanggungjawab serta memiliki legalitas dalam menjalankan tugas polisi terbatas. Pebisnis tulen bukan hanya soal untung rugi secara materi, tetapi juga harus punya panggilan sosial dan nurani. Terima kasih sudah menjadi motivatorku dan mungkin kawan-kawanku senagkatan pak.
Terima kasih juga kepada Kapolda Kalteng dalam hal ini diwakili oleh Dirbimas Polda Kalteng Kombes Pol Ebet, Kasubdit Satpam AKBP Anastasia Gretha dan jajarannya yang sangat maksimal dalam memberikan sejumlah materi, baik yang menguras fisik dan otak. Tanpa Polri, satpam tentu akan menjadi anak ayam tanpa induk dan berpotensi menjalankan tugas tanpa arah. Sebagai mitra dan anak kandung polisi, Satpam yang sudah Bapak/Ibu didik tidak hanya dituntut menjaga nama baik Satpam itu sendiri, tetapi Satpam juga punya tanggung jawab moral dalam menjaga nama baik polisi disetiap lingkungan tugas atau tempat kerja.
Terima kasih tak terhingga juga disampaikan kepada para pengasuh PT Prima Security Indonesia yang sudah berkorban waktu dan tenaga mendampingi kami selama diksar berlangsung. Mulai dari komandan Ali, komandan Hendrik, dan sejumlah pengasuh lainnya yang tegas dan kadang marah ketika kami membuat pelanggaran hingga komandan Ramdhani yang asik dan sedikit lucu kering saat piket serambi, saya dan kawan-kawan mendapat banyak hal tentang dunia satpam. Dari mereka saya dan mungkin kawan-kawan sadar bahwa satpam bukan profesi yang dipandang sebelah mata tetapi sebuah profesi yang memiliki peran tersendiri yang tentunya sangat bernilai.