Hari-hari ini, masyarakat Barito Utara ramai memperbincangkan tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Hajatan rakyat lima tahunan itu cukup menyita perhatian publik. Mulai dari warung kopi pinggiran hingga ke ruang-ruang elit, pilkada Barut menjadi topik yang seksi dibicarakan. Ada yang serius obrolannya, tak sedikit yang sekedar mengoceh ringan.
Salah satu figur yang cukup menyita perhatian masyarakat Barito Utara belakangan ini ialah Akhmad Gunadi Nadalsyah. Selain balihonya bertebaran di seluruh pelosok Barut, politisi muda ini cukup dikenal karena efek ekor jas dari mantan Bupati Barito Utara dua Periode, Nadalsyah yang adalah ayahnya.
Terlepas dari keterkenalannya sebagai anak Nadalsyah, pria yang pernah belajar pendidikan bisnis di Jerman itu pada tahun 2022 lalu pernah dipercaya sebagai Manager Timnas Indonesia U-18 untuk sepak bola Puteri. Meskipun demikian, belakangan kiprahnya jarang disorot media dan tak diketahui publik kebanyakan terkait sepak terjangnya dalam urusan lapangan hijau itu.
Selain sebagai manager Timnas U-18 untuk sepak bola puteri, pada periode kedua ayahnya sebagai Bupati Barito Utara, Agi dilantik sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Karang Taruna (MPKT) Barito Utara. Amanat ini tentu menjadi jalan mulus untuk melebarkan sayap popularitas ke kalangan muda seantero Barito Utara.
Terhadap semua jabatan yang diemban Agi, penulis dan mungkin publik Barito Utara akan bertanya, apakah jabatan-jabatan tersebut dipercaya karena kapabilitas Agi atas jabatan tersebut? Ataukah kepercayaan itu diberikan karena faktor previleg Agi sebagai anak Bupati? Jawaban atas dua pertanyaan ini tentu hanya Agi, Tuhan dan pemberi amanat yang mengetahuinya?
Untuk bisa meyakini bahwa Agi layak dicalonkan sebagai Bupati Barito Utara, menjual gagasan ke publik untuk Barito Utara yang lebih baik adalah sebuah keharusan. Sebagai orang muda, Agi harus bisa menjadi donatur gagasan, tidak sedekar mengenakan embel-embel sang ayah yang dinilai mampu membangun Barito Utara dalam sejumlah aspek. Dalam konteks ini, setidaknya Agi harus melompat lebih jauh dari prestasi yang pernah diukir ayahnya. Ini sebuah keharusan sekaligus tantangan yang tidak bisa diremehkan Agi sebagai generasi kemajuan.
Hemat penulis, jika dalam konstelasi Pilkada Barut, Agi mampu menjadi donatur gagasan yang terukur dan realistis, maka secara tidak langsung kampanye hitam politik dinasti dapat ditepis. Sebagai tenaga kemajuan ditengah cepatnya perubahan zaman, membangun Barito Utara lebih dari pencapaian ayahnya adalah sebuah keharusan.Bahkan berani mengkritisi dan menawarkan konsep perubahan atas apa yang belum maksimal pada rezim ayahnya akan lebih membuat Agi menjadi diri sendiri dan memiliki nilai lebih. (Bersambung)
(Tulisan ini merupakan sebuah pandangan redaksi atas konstelasi Pilkada Barut 2024)