Prestasi tak berhenti di tengah pandemi. Hal ini dibuktikan oleh sejumlah pelajar SMKN 1 Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, baru-baru ini.
Dalam momentum Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tahun 2021, SMKN 1 Marabahan berhasil menyabet prestasi ke-4 kategori film dokumenter.
Menariknya, film dokumenter yang dilombakan tersebut menampilkan tentang pengrajin Purun. Sebuah kearifan lokal masyarakat Bakumpai. Hal ini sesuai dengan tema FLS2N 2021 yakni ‘Seni Pulihkan Negeri’.
Meraih juara ke -4 dalam kompetisi FLS2N 2021 merupakan sebuah jalan panjang bagi para pelajar di SMKN 1 Marabahan. Sebagai perwakilan Kalimantan Selatan, tentu ini prestasi terbaik yang pernah diraih dalam momentum FLS2N.
“Kami sudah bersyukur mencapai peringkat empat, karena berarti kami menyisihkan 30 sekolah dari total 34 sekolah di tingkat nasional,” bangga Mulyani, guru pembina seni SMKN 1 Marabahan, Sabtu (25/9) dilansir dari Apahabar.
Sementara predikat juara pertama disandang SMKS Informatika Pesat, Bogor, Jawa Barat. Disusul SMKN 51 Jakarta Timur di peringkat kedua, serta SMKS Maitreyawira Batam dari Kepulauan Riau di urutan ketiga.
Sebelum mencapai peringkat ke-4 dilevel nasional dalam FLS2N 2021, SMKN 1 Marabahan ternyata pernah ikut mengirimkan film dokumenter dalam FLS2N tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, saat itu Dewi Fortuna belum berpihak. Hasilnya tak memuaskan.
“Sebelum berhasil menembus jajaran terbaik nasional, SMKN 1 Marabahan sudah mengirimkan film pendek, sejak kategori ini dilombakan di FLS2N 2016,” ujar Mulyani.
“Terakhir di FLS2N 2020, kami mengikuti kategori film pendek dokumenter dan fiksi. Hasilnya kami berhasil menempati peringkat lima untuk kategori dokumenter di tingkat provinsi,” tambahnya lagi.
Prestasi cukup gemilang di level Provinsi Kalsel tahun 2020 ternyata menjadi acuan sekaligus motivasi untuk terus berjuang meraih prestasi di level nasional.
“Berangkat dari pencapaian itu, anak-anak semakin bersemangat berkarya. Pun sejumlah alumnus bersedia meluangkan waktu untuk membantu,” imbuhnya.
Terkait personel yang terlibat, Mulyani mengatakan mayoritas siswa dari kelas XII Jurusan Multimedia SMKN 1 Marabahan. Mereka tak banyak belajar tentang broadcasting, tetapi bisa beradaptasi
Meski tidak khusus mempelajari broadcasting, mereka cukup cepat beradaptasi berkat ilmu dan teknologi yang diperoleh dari internet.
“Banyak hal yang diadopsi dari luar, terutama di internet. Seperti gaya pengambilan gambar dan pergerakan-pergerakan,” jelas Muhammad Azhar Shodiq, siswa sekaligus sutradara film Mendeng dilansir dari Apahabar.
“Dalam penggarapan film Mendeng, kami juga dipermudah lantaran sepenuhnya mengangkat kehidupan natural semua pemeran,” sambungnya lagi.
Namun demikian, tetap ditemukan sejumlah kendala selama penggarapan film yang mengangkat pengrajin purun di Kecamatan Bakumpai ini.
Selain keterbatasan peralatan pengambilan gambar, hujan yang kerap turun selama syuting, juga ikut menjadi kendala.
“Sementara dalam proses awal, hal yang cukup sulit dan membutuhkan waktu lumayan lama adalah menentukan ide cerita,” jelas Mulyani lagi.
“Terlebih cerita juga harus menarik dan sesuai tema seni pulihkan negeri dengan mengangkat kearifan lokal. Akhirnya kami memilih mengangkat pengrajin purun dalam film ini,” tandasnya.