PALANGKA RAYA – Satu butir peluru yang nyasar ke paha salah satu siswi di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, ukurannya 9 milimeter. Hal ini disampaikan oleh Kasat Reskrim Polresta Palangka Raya, Kompol Todoan Agung Gultom, Selasa (21/9).
“9 milimeter mas ukurannya. Itu peluru tajam,” ujar Todoan via WhatsApp.
Menurut Todoan, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait adanya kasus tersebut.
“Kita akan terus melakukan penyelidikan. Untuk olah TKP-nya sudah kita lakukan,” ujarnya.
Todoan menambahkan bahwa dari hasil olah TKP diperkirakan kemiringan peluru tersebut 70 derajat.
“Apabila dihitung maka jarak peluru ditembakan berasal dari jarak satu hingga dua kilometer dari lokasi jatuhnya peluru,” terangnya.
Selain itu, saat ini polisi masih menyelidiki terkait jenis senjata yang digunakan, apakah senpi organik atau bukan.
“Dugaan sementara peluru tersebut berasal dari arah udara dan kita masih mendalami bahwa peluru tersebut berasal dari senpi organik atau bukan,”ujar Kompol Todoan.
Todoan menambahkan bahwa proyektil peluru yang nyasar tersebut tidak hanya digunakan oleh anggota kepolisian dan organisasi menembak, tetapi oleh pengguna senpi rakitan.
“Proyektil peluru ini tidak hanya digunakan oleh polisi dan organisasi menembak lainnya. Bahkan oleh pengguna senpi rakitan,” terangnya.
“Kita juga sudah kordinasi dengan pihak anggota yang lainnya dan juga Jajaran Polsek bahwa tidak ada melakukan kegiatan penangkapan dan kasus ini akan terus di selidiki,”tambahnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya bahwa seorang siswi SMK di Kota Palangka Raya berinisial ES terkena peluru nyasar saat sedang tidur di baraknya.
Dari informasi yang diperoleh berupa laporan polisi korban, dikisahkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu 18 September 2021 sekitar pukul 22.00 WIB.
Awal kejadian korban ES bersama salah satu anggota keluarganya sedang beristirahat di kamar masing-masing. Keduanya sambil bermain handphone.
“Tiba-tiba saya dengar suara letusan tembakan. Saya kaget lalu bangun. Saat itu saya dengar saudara ES berteriak sakit sambil menunjukkan bekas luka di paha sebelah kanan yang berbentuk bulat,” ujar Lia Rati yang tinggal bersama korban.
Sambil bertanya adanya luka tersebut, Lia mengira korban hanya digigit serangga. Ledakan tembakan tersebut dikira berasal dari gas LPG dan juga sejumlah stop kontak listrik.
“Ketika saya melihat gas LPG dan lampu disitulah saya melihat ada lubang kecil di plafon,” ujar Lia lagi.
“Saya bersama korban lalu memutuskan ke luar barak dan bertanya kepada tetangga tentang asal muasal ledakan tembakan tersebut. Tetangga tersebut bernama Agus. Ia pun tak tahu,” ceritanya.
Kebingungan terkait asal muasal bunyi ledakan tersebut, Lia bersama korban ES memutuskan kembali ke dalam barak. Saat itu, tetangga korban bernama Agus pun ikut. Ia melihat ada peluru yang berada di bawah kursi.
“Kami curigai ada orang di plafon barak, lalu kami putuskan untuk cek dan ternyata tidak ada. Dugaan kami tembakan dari luar barak,” tutur Lia.
Meskipun tak ada orang yang kami temukan di atas plafon dan meyakini tembakan berasal dari luar, Lia bersama korban memutuskan untuk mengungsi ke barak tetangga.
“Kami putuskan ke barak tetangga. Setelah itu kami melaporkan ke polisi,” ujarnya.